Banda: Asal Jalur Rempah Dunia Yang Terlupakan !!!!
Jakarta (WartaMerdeka) – English Articles, after Indonesian Articles
Indonesian
Nusantara adalah gugusan kepulauan terbesar yang telah lama menjadi incaran seluruh dunia karena kekayaan dan keindahan alamnya. Salah satunya adalah Pulau Banda, yang menjadi tempat penghasil rempah-rempah yang paling dicari bangsa Eropa.
Banda merupakan nama sebuah pulau di Kepulauan Banda, yang terletak di wilayah Provinsi Maluku. Selain Pulau Banda, di kepulauan tersebut juga ada Pulau Lontar, Pulau Gunungapi, Pulau Banda Besar, Pulau Banda Neira, Pulau Hatta, Pulau Ay, Pulau Rhun, dan Pulau Pisang.
Sebelum Bangsa Eropa masuk ke Banda, para pedagang-pedagang Arab dan Cina terlebih dahulu mengetahui keberadaan rempah-rempah ini. Para pedagang Cina membawa rempah-rempah serta menyembunyikannya di balik sutra. Pedagang Arab membawa rempah-rempah serta menyembunyikan di balik berita bohong tentang manusia kanibal pemburu kepala.
Kabar daerah penghasil Pala tersebar sampai seluruh penjuru negeri dan bangsa Barat, mulai berdatangan, dan berhasil menguasai perdagangan Pala. Dari tinta sejarah, Banda menjadi saksi bisu tempat perbudakan pertama di Nusantara dan pembantaian massal. Namun, di kepulauan inilah lahir miniatur keberagaman budaya Indonesia.
Banda Neira |
Rempah-rempah asal Maluku sudah terkenal sebelum abad VII, kata peneliti dari Universitas Harvard, Boston, Amerika Serikat, Bryan Averbuch. "Rempah-rempah, khususnya cengkeh dan pala dari Maluku sudah terkenal di Timur Tengah, jauh sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW. Kita bisa menemukan ini dalam beberapa literatur," katanya.
Sementara itu, Peneliti Sejarah dan Antropologi Maluku, Florence Sahusilawane, mengatakan, rempah-rempah Maluku sudah terkenal sejak zaman Romawi. Cengkeh dan pala asal daerah tersebut dibawa oleh pedagang-pedagang Cina melalui jalan sutra.
Jauh sebelum itu, jika kita belajar sejarah Jalur Rempah, kita akan mengetahui bahwa cengkeh telah digunakan sebagai salah satu bahan, untuk mengawetkan mumi di Mesir Kuno. Sementara pala sudah dikenal oleh masyarakat Yunani dan Romawi sejak tahun 24 SM.
Catatan-catatan para biarawan Fransiskan –yang disalin dan dikutip oleh van Frassen– bahkan menyebut cengkeh sebagai salah satu bahan utama pengawet mumi para Fir’aun, penguasa Mesir Kuno. Beberapa pakar sejarah dan arkeologi menyatakan bahwa rempah-rempah Maluku bahkan sudah ditemukan artefaknya di Lembah Mesopotomia (wilayah Iraq dan sekitarnya sekarang) pada 3.000 tahun sebelum Masehi. (lihat, antara lain: Brierly, 1994).
Sayangnya, generasi Banda yang multi kultur, saat ini mulai sedikit melupakan Rekam Sejarah "Jalur Rempah" ratusan tahun warisan Leluhurnya, yaitu PALA, CENGKEH dan FULI, yaitu komoditas yang paling berharga daripada emas pada jamannya. (FMawero)
Foto: Istimewa
English
The archipelago is the largest group of islands that have long been the target of the whole world because of its wealth and natural beauty. One of them is Banda Island, which is a place that produces spices that are most sought after by Europeans.
Banda is the name of an island in the Banda Islands, which is located in the province of Maluku. Apart from Banda Island, the islands also contain Lontar Island, Gunungapi Island, Banda Besar Island, Banda Neira Island, Hatta Island, Ay Island, Rhun Island, and Pisang Island.
Back to Indonesia News 7-Lifestyle or Just Back to 7-Lifestyle
Before Europeans entered Banda, Arab and Chinese traders first knew of the existence of these spices. Chinese traders brought spices and hid them under silk. Arab traders brought spices and hid behind hoaxes about head-hunting cannibals.
News of the Nutmeg producing areas spread to all corners of the country and Western nations, started to arrive, and succeeded in dominating the Nutmeg trade. From historical ink, Banda became a silent witness to the place of the first slavery in the archipelago and mass slaughter. However, it was in these islands that the miniature of Indonesia's cultural diversity was born.
Back to Indonesia News 7-Lifestyle or Just Back to 7-Lifestyle
Meanwhile, Maluku History and Anthropology Researcher, Florence Sahusilawane, said Maluku spices had been well known since Roman times. Cloves and nutmeg from the area were brought by Chinese traders via the silk road.
Long before that, if we study the history of the Spice Path, we will learn that cloves were used as one of the ingredients, to preserve mummies in Ancient Egypt. While nutmeg has been known by the Greeks and Romans since 24 BC.
The notes of the Franciscan monks – copied and quoted by van Frassen – even mention cloves as one of the main preservatives for the mummies of the Pharaohs, the rulers of Ancient Egypt. Some historians and archaeologists state that artifacts of Maluku spices have even been found in the Mesopotamian Valley (present-day Iraq and its surroundings) in 3,000 BC. (see, among others: Brierly, 1994).
Unfortunately, the Bandanese generation, which is multi-cultural, is now starting to forget a little about the Historical Records of the "Spice Route" inherited from hundreds of years of their ancestors, namely nutmeg, clove and mace, namely the most valuable commodities than gold in their time. (FMawero)
Photo: Special
Back to Indonesia News 7-Lifestyle or Just Back to 7-Lifestyle