Perkembangan musik Indonesia sangat penting untuk diamati dan diteliti. Namun perkembangan musik Indonesia sulit dianalisis karena minimnya sumber-sum
Indonesia sangat kaya dengan musisi |
Hal itu diungkapkan jurnalis, penulis dan aktivis pendidikan Kelik M. Nugroho, dalam Webinar di Jakarta (29/9). Kelik adalah penulis buku “Dua Dekade Musik Indonesia: 1998-2018.” Webinar mengulas dunia musik Indonesia itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA serta pemandu diskusi adalah Anick HT dan Elza Peldi Taher.
Kelik menjelaskan, buku karyanya itu berisi data yang semestinya kemudian menjadi bahan analisis para akademisi musik. Suzan Piper dan Sawung Jabo, dalam artikel di jurnal Prisma edisi 5 Maret 1987, pernah mengeluhkan kurang memadainya sumber-sumber untuk menganalisis perkembangan musik Indonesia.
Proyek seri buku Almanak Musik Indonesia yang ia gagas adalah upaya pendokumentasian semua peristiwa musik Indonesia. Menurut Kelik, upaya yang telah berhasil ia lakukan adalah penerbitan buku “Almanak Musik Indonesia 2005-2015,” dan “Dua Dekade Musik Indonesia 1998-2018.”
Maunya, pencatatan peristiwa musik ini dilakukan per dekade dari 1950 sampai sekarang. “Namun, karena berkompromi dengan aktualitas, dua buku tersebut meriset peristiwa musik terbaru yang lalu ditarik ke belakang 10 dan 20 tahun,” kisahnya.
Kelik M. Nugroho |
“Juga, untuk memberikan apresiasi pada setiap karya kreatif musisi Indonesia; serta menjadi sumber data untuk kepentingan riset musik Indonesia,” lanjut Kelik, yang menyusun proses pengumpulan dan penulisan profil band dan penyanyi dalam bukunya memakai prosedur jurnalistik.
Data awal dikumpulkan dari internet, majalah, buku, dan sebagian melalui wawancara dengan narasumber atau pengamat musik. “Lalu data itu ditulis secara ringkas dan mengandung informasi pokok,” bahas Kelik, yang juga penulis lagu ini. Tulisan pendek itu lalu dikirim lewat email dan pesan WA, untuk konfirmasi dari perwakilan band. Jika ada koreksi, tulisan diperbaiki (dh).
Foto: Istimewa