Bali (WartaMerdeka) – “Dalam 3 tahun ke depan kita akan rebranding 111 hotel. Sehingga diharapkan ke depan seiring membaiknya pariwisata pascapandemi,
Pemerintah perkuat jaringan hotel milik BUMN guna majukan sektor parekraf |
Kartika menyampaikan hal tersebut saat acara Holding hotel Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN melakukan rebranding pada tiga unit hotelnya sebagai upaya mempromosikan kearifan lokal dan keunikan yang ada di setiap daerah di Indonesia, digelar di Bali (9/4), disaksikan langsung Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.
Peluncurkan 3 brand dari program rebranding hotel sebelumnya, nantinya dimasukkan kedalam holding hotel BUMN. Kemudian secara bertahap pada 2021 akan ada 29 hotel di bawah BUMN yang akan melakukan rebranding. Direktur Utama HIN Iswandi Said menambahkan, pihaknya bertekad mampu mengelola secara profesional jaringan hotel BUMN dengan standar internasional di tengah adaptasi normal baru, sekaligus mengusung kearifan lokal atau keramahtamahan Indonesia.
"Kami berambisi menjadi tuan rumah di negeri sendiri sebagai salah satu jaringan hotel Indonesia. Dengan memperhatikan berbagai elemen penting yang khas Indonesia, yaitu sight berupa kain tenun Indonesia, sound berupa musik tradisional Indonesia, rasa berupa makanan khas Indonesia dengan standar internasional, scent berupa ramuan dan aromatik khas Indonesia, dan sentuhan berupa Indonesia hospitality,” papar Iswandi.
Ketiga unit hotel yang memiliki tampilan baru adalah Inaya Putri Bali (hotel bintang 5) menjadi Merusaka Nusa Dua, Grand Inna Padang (hotel bintang 4) menjadi Truntum Padang dan Inna Parapat (hotel bintang 3) menjadi Khas Parapat.
Kementerian BUMN telah membentuk holding BUMN hotel dalam dua program pengelolaan dan pengembangan holding hotel BUMN ke depan yakni holding ownership yang dilaksanakan anak usaha PT Wijaya Karya (Persero), PT Wijaya Karya Realty, dan holding operatorship untuk HIN yang kemudian diserahkan kepada Hotel Indonesia Group (HIG) selaku anak perusahaan.
“Memang ini saat yang tepat untuk kita melakukan pembenahan, karena di tengah pandemi ini kita memiliki waktu untuk berpikir kembali. Ini bagian dari inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, temen-temen BUMN juga sepakat jika sektor parekraf menjadi lokomotif keluar dari pandemi ini. Terlebih dengan rebranding 3 hotel yang memiliki unsur kearifan lokal kami harapkan akan tercipta peluang dan lapangan kerja baru.” ujar Menparekraf.
Menurut Sandiaga, jika kepemilikan dan pengelolaan hotel memang harus dipisahkan seperti yang dilakukan holding hotel BUMN guna mempermudah kinerja. Kemudian dengan program rebranding ini, diharapkan akan lebih meningkatkan nilai hotel milik BUMN dan membangun citra positif kepada tamu. Tentunya ini harus diiringi dengan inovasi baru yang disesuaikan dengan kondisi saat ini, baik dalam pelayanan, produk, maupun SDM (ag/dh).